Dua mahasiswa Departemen Fisika UGM, Davinka Sukma Kirana dan Alfiorell Ababil berpartisipasi dalam The 10th ASEAN School on Plasma and Nuclear Fusion (ASPNF2025) di Rajamangala University of Technology Suvarnabhumi, Thailand, pada 12-17 Januari 2025. Mereka tergabung dalam 20 peserta Indonesia dari berbagai institusi seperti ITB, Undip, Universitas Lambung Mangkurat, Universitas Pertamina, Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia, dan BRIN. Acara ini diikuti total 70 peserta dari negara-negara Asia, termasuk India, Thailand, Filipina, Jepang, dan Malaysia. ASPNF2025 diselenggarakan oleh Thailand Institute of Nuclear Technology (TINT), Rajamangala University of Technology Suvarnabhumi (RMUTSB), dan International Atomic Energy Agency (IAEA), dengan dukungan lembaga internasional seperti CEA Prancis dan ASIPP China. Sekolah intensif selama seminggu ini bertujuan memperdalam pemahaman sains plasma dan fusi nuklir serta memperluas kolaborasi riset di kawasan ASEAN.
Acara dimulai pada 13 Januari dan diawali dengan pembahasan perkembangan terkini riset fusi global, termasuk kemajuan ITER (International Thermonuclear Experimental Reactor), konsorsium internasional yang mengembangkan reaktor fusi sebagai energi bersih masa depan. Peserta mendapat paparan dari pakar di EGAT Thailand, NIFS Jepang, ASIPP China, dan CEA-IRFM Prancis tentang terobosan teknologi fusi. ITER, yang sedang dibangun di Prancis, menjadi fokus diskusi karena potensinya menghasilkan energi berkelanjutan melalui reaksi fusi mirip matahari. Hari kedua fokus pada dasar-dasar fisika plasma, operasi Tokamak (reaktor berbasis medan magnet toroidal), serta pengenalan Large Helical Device (LHD) di National Institute for Fusion Science (NIFS) Jepang. LHD merupakan fasilitas unggulan untuk meneliti plasma stabil menggunakan konsep stellarator. Peserta juga mendapat informasi tentang peluang studi lanjut di The Graduate University for Advanced Studies (SOKENDAI), karena ini merupakan bagian dari program Sokendai Winter School NIFS yang terintegrasi dengan agenda ASPNF.
Hari ketiga diisi eksperimen langsung di Tokamak TT-1, reaktor fusi kecil yang digunakan untuk simulasi plasma. Peserta dibagi ke dalam enam kelompok untuk mengumpulkan data terkait karakterisasi plasma, yang kemudian dianalisis dan dipresentasikan di hari terakhir. Pada hari keempat peserta berkunjung ke Wat Chaiwatthanaram, situs warisan UNESCO di Ayutthaya yang merefleksikan kejayaan Kerajaan Siam. Kegiatan ini menjadi jeda interaktif sebelum peserta kembali fokus pada diskusi intensif data eksperimen dalam kelompok masing-masing.
Di hari terakhir, seluruh kelompok mempresentasikan hasil analisis atas data yang diperoleh. Presentasi ini menjadi ajang berbagi perspektif sekaligus mengasah kemampuan kolaborasi lintas negara. Acara ditutup dengan penyerahan sertifikat kepada seluruh peserta sebagai apresiasi atas partisipasi aktif mereka. Melalui ASPNF2025, jaringan akademisi dan peneliti plasma ASEAN semakin menguat, membuka peluang riset bersama di bidang energi fusi yang menjanjikan solusi bagi krisis iklim global.
Kegiatan ini tidak hanya memperkaya wawasan teknis peserta, tetapi juga memperkuat komitmen Indonesia dalam berkontribusi pada pengembangan energi bersih berkelanjutan. Keikutsertaan mahasiswa dan peneliti muda di ajang internasional seperti ASPNF diharapkan dapat mendorong inovasi energi masa depan yang ramah lingkungan.

Penulis : Chalis Setyadi
Foto : TINT Team