Seminar Rebon merupakan salah satu kegiatan rutin Departemen Fisika, sebagai tempat berdiskusi serta bertukar pikiran tentang riset, kajian dan fenomena sesuai Kelompok Bidang Kajian yang ada di Fisika UGM. Pada 3 April 2024, Seminar Rebon mengusung tema seputar dunia oil and gas dengan topik “Non Seismic Geophysical Methods for Oil and Gas Activity” yang dibawakan oleh Boko Nurdiyanto Suwardi, M.Si. selaku Sr. Specialist Innovation Geophysics Upstream Innovation Pertamina Hulu Energi. Kegiatan seminar kali ini dilaksanakan secara online via Zoom Meeting dan dimoderatori langsung oleh Koordinator KBK Geosains, Dr.rer.nat. Ade Anggraini, S.Si., M.T
Seminar diawali dengan sharing terkait proses upstream di dalam industri migas modern yang terdiri atas kegiatan eksplorasi dan produksi. Rangkaian kegiatan tersebut meliputi studi geologi, studi geofisika, pengeboran seismik hingga pengembangan sumur produksi, yang tentunya memakan cost dan waktu yang cukup lama (>10 tahun). Geofisika sendiri merupakan studi yang mempelajari bumi menggunakan fisika. Dalam penerapannya, para geophysicist mempelajari sifat atau karakteristik fisis batuan dengan metode-metode seperti seismik refleksi, seismik refraksi, gravitasi, magnetik, elektromagnetik, dan lain sebagainya, untuk kemudian menginterpretasi kondisi bawah permukaan.
Secara garis besar, terdapat 4 klasifikasi metode geofisika yaitu gravity, magnetic, seismology, electrical and electromagnetics. Di dalam seismologi sendiri terdapat metode seismik refleksi dan seismik refraksi, yang mana kedua metode tersebut sangat populer untuk kegiatan eksplorasi migas. Pada kenyataan di lapangan, banyak dijumpai kondisi permukaan yang tidak bagus sehingga menjadi hambatan dalam mengaplikasikan metode seismik. Hal itu yang mendasari perlunya integrasi metode seismik dengan metode-metode geofisika yang lain (non-seismik).
Memasuki fase produksi, diperlukan data-data geologi dan geofisika untuk drilling development (penambahan sumur-sumur produksi). Salah satu contoh metode yang sedang dikembangkan bersama Geofisika UGM dalam proses ini adalah metode Controlled Source Audio-frequency Magnetotelluric (CSAMT). Metode ini digunakan sebagai Direct Hydrocarbon Indicator melalui survey elektromagnetik, yang menghasilkan output berupa log sumur data resistivity. Contoh metode lain yang masih dalam tahap pengembangan untuk fase produksi di antaranya: Transient Electromagnetic (TEM), Low Frequency Passive Seismic, Thermal Method, serta Gradient Vertical Gravity.

Paparan narasumber terkait metode Controlled Source Audio-frequency Magnetotelluric (CSAMT) yang dikembangkan oleh Pertamina Hulu Energi bersama Geofisika UGM
“Perkembangan metode geofisika lain cukup lambat walaupun potensi menggalinya cukup besar, harapannya institusi pendidikan turut mengembangkan metode selain seismik seperti electrical and electromagnetics dengan upaya funding dari institusi maupun industri”, tutur Boko. Pendekatan metode geofisika yang terintegrasi ini akan jauh lebih ampuh dalam menyelesaikan permasalahan kompleks yang ditemui dalam kegiatan eksplorasi-produksi migas.
Sharing seputar lika-liku perkembangan migas melalui Seminar Rebon ini merupakan upaya yang mendukung pencapaian pilar ke-4, pilar ke-9, serta pilar ke-17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang berkaitan dengan pendidikan yang bermutu, industri inklusif dan berkelanjutan serta kemitraan untuk mencapai tujuan tersebut. Peserta diajak untuk mengenali dan turut mengembangkan metode-metode geofisika non seismik untuk mendukung serta meningkatkan industri inklusif migas di Indonesia. Melalui seminar ini diharapkan juga dapat memperkuat bonding penelitian antara Geofisika UGM dan Pertamina Hulu Energi untuk terus berinovasi yang berguna untuk pembangunan berkelanjutan dan kewarganegaraan serta kemitraan global.
Author: Rafida Salma Rahmawati
Photos: Rafida Salma Rahmawati